Dibalik Senyum Tulusmu

Rintik hujan menetes dari luar kamarku. Aku menatap hampa ke atas langit kelabu yang sejak pagi tidak menampakkan sinarnya. Hari ini seolah ikut berduka dengan keadaanku. Demam. Ya, tepatnya aku demam. Dan ini menjadi alasanku untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah.
Kualihkan tatapanku pada handphone yang sedari tadi bergetar di sisi tempat tidur. Terlihat pesan dari Aninda, salah satu teman akrabku, namun aku tak ingin menyebutnya sebagai sahabat.
“Risya kenapa tadi pagi nggak sekolah?”
“Kurang enak badan, Nin.” balasku singkat.
Seorang wanita cantik masuk dari balik pintu. Senyum cerahnya membuatku tak kuasa untuk membalasnya.
“Bagaimana keadaanmu, sayang? Masih sakit kepalanya?” tanya bunda sambil mengusap lembut dahiku.
“Lumayan, bunda. Mungkin besok bisa sekolah.”
“Kalau belum kuat, izin dulu sehari lagi,” saran bunda.
“InsyaAllah kuat. Risya nggak mau ketinggalan pelajaran.”
“Ya sudah, tenangkan fikiran dulu. Kesehatan Risya itu segalanya buat bunda. Jaga diri baik-baik, nak.”
“Iya bunda.. Makasih ya,” ujarku seraya memeluk bunda. Kupendamkan wajahku di jilbab panjang yang selama ini menutupi kecantikannya.
“Jangan lupa berdoa ya, nak. Karena segala sesuatu, apapun itu, dapat terwujud karena Allah, termasuk kesembuhanmu juga.”
“Iya bunda sayang, lagian Risya cuma demam, besok juga sembuh.”
Ini yang kusuka dari bunda. Selalu mengingatkanku untuk berdoa, beribadah. Bunda memotivasiku untuk belajar, selalu memberi semangat disaatku lemah. Bunda segalanya bagiku.
“Risya sayang bunda,” bisikku pelan. Hangat dekapannya menghangatkan kalbuku, seolah tak ingin lepas darinya.
Pagi ini tak seperti kemarin. Semangat sang mentari mampu membuatku tersenyum dan menghilangkan kegundahan yang akhir-akhir ini menyelimuti hati. Mengundang burung-burung untuk menari-nari mengepakkan sayapnya di pohon-pohon yang rindang.
Aku berjalan keluar dengan tas abu-abu yang senantiasa menggelayuti punggungku. Jilbab putihku tertiup angin pagi disertai jatuhan embun dari pepohonan. Jalanan di kompleks ini terlihat sepi, hanya ada satu-dua orang yang pergi ke pasar untuk berjualan, memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Risya,” panggil suara jernih yang lumayan akrab di telingaku. Aku menoleh dan tersenyum kecil ke arah pemilik suara itu. Ia sedikit berlari dengan membiarkan rambutnya terurai bebas, sesekali ia membetulkan kacamatanya.
“Sendirian, sya?” sapa Ferlyn setelah berjalan sejajar denganku.
“Seperti biasa,” jawabku singkat.
Gadis cantik yang dibalut seragam putih biru itu tersenyum manis kearahku. Lalu menatap kosong ke jalan trotoar yang sedang kami lalui. Seketika hening…
“Kemarin nggak sekolah. Kenapa?” tanyanya mengupas kesunyian.
“Biasa, penyakit musiman kambuh,” jawabku polos.
“Ah, bisa saja kamu! Oh ya, kemarin Bu Fauziah memintamu untuk menemuinya di ruang guru.”
“Kapan aku bisa kesana?” tanyaku dengan diliputi sejuta rasa penasaran.
“Secepatnya. Kalau bisa jam istirahat.”
“Makasih ya, Fer. Ehm, kira-kira ada apa ya Bu Fauziah memanggilku?”
“Entahlah, mungkin nilai agamamu bagus. Oh, bukan mungkin, tapi itu pasti,” timpal Ferlyn. Aku hanya tersenyum tipis mendengar tanggapan Ferlyn yang mungkin mengada-ada itu.
Teettt.. Teeeettt..
Bel berbunyi dua kali, pertanda istirahat. Aku pun beranjak menuju ruang guru untuk menemui Bu Fauziah.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, Risya. Silahkan masuk,” jawab Bu Fauziah dan mempersilahkanku duduk di depannya.
“Kamu sudah bertemu temanmu itu, ya? Siapa itu namanya, yang cantik berkacamata itu?” tanya Bu Fauziah sambil memejamkan mata. Mungkin mencoba mengingat sesuatu.
“Ferlyn, bu,” sambarku cepat.
“Oh iya.. Sudah, langsung saja, ya.” Perkataan beliau semakin membuatku penasaran. “Dua minggu lagi akan diadakan Musabaqah Tilawatil Qur’an. Mungkin kamu bisa mewakili sekolah ini. Kami berharap kamu dapat memberikan yang terbaik. Kamu mau, kan?”
“Alhamdulillah,” ucapku pelan seraya mengatupkan kedua tangan di wajahku.
“Ini baru seleksi antar sekolah. Jika kamu terpilih, kamu dapat melanjutkan ke tingkat kabupaten dan seterusnya. Maka dari itu kami berharap banyak padamu.”
“InsyaAllah, bu. Saya akan terus berlatih dan juga saya meminta doa dari ibu dan guru-guru lainnya,” jawabku dengan wajah penuh senyum.
Aku segera keluar ruangan. Fikiranku melayang-layang di alam bawah sadar, mulai berkhayal tentang ini-itu. Aku mulai membayangkan wajah bunda diliputi kebanggaan, dan juga ayah yang telah mendukungku selama ini. Ah, mungkin terlalu berlebihan. Ini baru perwakilan sekolah, bukan tingkat yang lebih tinggi.
“Assalamu’alaikum,” ucapku memberi salam sambil membuka pintu. Krek. Dikunci. Ada apa ini? Ayah dan bunda kemana? Pergi? Jutaan tanda tanya mengambang di fikiranku.
“Risya, ini kunci rumah. Ayahmu mengantar bunda ke rumah sakit. Kamu telepon saja dan langsung menyusul mereka.” kata Mbak Mia, tetangga sebelah rumahku.
Aku hanya bingung, memasang muka datar. Antara bingung, heran, takut, penasaran, semua perasaan menyelimuti hatiku. Menimbulkan kegundahan yang selama ini tak pernah terbayangkan. “Bunda sakit apa?” Oh, mungkin hanya periksa kesehatan. Ya, aku coba berfikir se-positif mungkin.
Sesegera mungkin aku memasangkan kunci pada badannya, membuka pintu, dan segera berlari menuju kamar untuk mengambil handphone.
Tuuut.. Tuuut.. Lama, belum ada jawaban. Fikiranku semakin tak menentu. Aku panik, hatiku rasanya berkecamuk. Tapi kucoba berfikiran positif, berfikir sebaik mungkin agar tidak terjadi hal yang berarti dengan bunda.
“Ayah! Bunda mana? Ada apa?” tanyaku setelah mendapat jawaban.
“Assalamu’alaikum, Risya. Kamu segera ke Rumah Sakit Bhakti Husada. Ayah dan bunda disini,” suara ayah menggema dari seberang sana. Tuut. Telepon diputus.
“Wa’alaikumsalam, ayah.” lirihku.
Aku segera berlari menuju perempatan. Berharap ada angkutan ataupun tumpangan yang sukarela mau mengantarkanku. Lama aku menunggu.. Dua menit.. Lima menit.. Sepuluh menit.. Aku melihat handphone secara berkala, berharap ada suatu informasi yang dapat sedikit menenangkanku.
Sebuah angkutan umum melintas, dan berhenti tepat di depan tempatku berpijak. Aku segera naik, meskipun sesak. Kendaraan ini penuh dengan orang-orang yang memiliki tujuannya masing-masing.
“Rumah Sakit Bhakti Husada ya, pak.”
Ibu-ibu yang ada di agkutan itu sontak menoleh kearahku. Entah apa yang mereka fikirkan. Tapi aku tak menghiraukannya. Fikiranku masih tersita pada bunda.
Angkutan yang kutumpangi berhenti tepat pada tempat yang dituju. Aku langsung turun dan memberi ongkos pada pak supir, tanpa mengingat kembalian.
“Dek! Kembaliannya, dek!” teriak pak supir dari kejauhan. Aku terus berlari, tanpa menghiraukan sekitar.
Berlari tak tentu arah, itu tepatnya yang sedang kulakukan sekarang. Berhenti sejenak, untuk menanyakan ruangan ibu. Dan bodohnya, aku tak tahu ruangan ibu dimana dan nomer berapa. Aku berhenti sejenak dan mencoba menghubungi ayah. Tapi, seseorang yang ku kenal sedang duduk di depan ruang UGD sambil menundukkan kepalanya.
“Ayah!”
Ayah mengangkat wajahnya dan memastikan apakah ia yang dipanggil. Ia langsung berdiri dengan bekas air mata di pipinya. Aku memeluk tubuh besar yang senantiasa melindungiku dan bunda. Namun, ayah tak kuasa menahan tangis sehingga membuatku turut dalam kesedihan.
“Bunda kenapa yaah?” tanyaku disela air mata yang jatuh.
“Bunda kritis, nak. Sekarang sedang ditangani dokter. Kita berdoa saja untuk kesembuhannya.”
“Memangnya bunda sakit apa? Kenapa Risya tidak tahu?”
Ayah terdiam, tertunduk dan menenggalamkan wajahnya di kepalaku. Hening.
“Bundamu terkena kanker otak.” jawab ayah pelan.
“Kenapa selama ini Risya tidak diberi tahu, yah? Kenapa semuanya membohongi Risya?” Suaraku meninggi diiringi jeritan tangis yang tak kuasa kubendung lagi. Lagi-lagi ayah diam, membisu.
“Sekarang waktunya kita berdoa, menunggu kepastian. Tak ada lagi yang perlu diperdebatkan, Risya.”
Aku diam seribu bahasa, mataku tertuju pada ruang UGD yang tak pernah kubayangkan selama ini. Air mata terus mengalir deras di pipiku. Sesekalli, kuusap kedua belah mataku dengan jilbab putih yang sudah basah. “Bunda harus kuat. Harus! Aku tak pernah mengenal bunda yang lemah.” batinku bergejolak.
Lama aku dan ayah menunggu, belum ada kepastian dari dokter yang menangani bunda. Ayah masih bergelut dengan Al-Qur’an kecil yang senantiasa ia bawa. Sementara aku, hanya menangis dengan ketidakpastian. Mengingat dimana bunda menenangkanku kemarin, senyum bunda yang tulus, ketegaran bunda, ternyata dibalik itu semua bunda menyimpan kelemahan, kelemahan yang tidak pernah dibuka untukku.
“Keluarga Ibu Khanisa?” tanya dokter saat keluar ruangan.
“Ya, dok,” ujar ayah segera menghampiri lelaki berseragam putih itu.
“Mari ikut saya.”
Aku segera berlari menemui suster yang ada disana, menanyakan keadaan bunda. Aku menaruh harapan pada suster itu, agar memberikan jawaban terbaiknya.
“Adik bisa lihat di dalam,” ujarnya datar.
Langkahku pelan, namun pasti. Perlahan-lahan aku memasuki ruangan itu. Dingin, obat, itulah yang menyambutku. Kulihat beberapa perawat mengelilingi bunda.
“Bunda.” ujarku pelan. Tak ada jawaban. Bunda mematung. Tabung oksigen telah dilepas dari mulutnya. Bunda! Aku memegang tangan bunda yang dingin. BUNDAAA!!! Jeritan tak dapat ku hindari. Kudekap tubuh yang selama ini telah merawatku, namun kini telah kaku.
“Innalillahi Wainnailaihi Roji’un.” suara seorang ayah terdengar berat di belakangku. Kudekap tubuh ayah. Aku hanya bisa menangis dipeluknya.
“Ayah! Ini nggak mungkin, kan? Risya mimpi, kan, yah? Bunda cuma istirahat, kan?” tanyaku bertubi-tubi. Tak henti-henti mata ini mengeluarkan curahannya. Namun ayah tetap membisu, terpaku ditempatnya berpijak. “Ayah jawab Risya! Bangunkan bunda, yah!”
Tiga hari setelah kepergian bunda. Namun raga ini, fikiran ini selalu teringat akan bunda. Dimana bunda baru kemarin menenangkanku, mengusap kepalaku, memeluk tubuhku. Namun kini, bunda telah istirahat di pembaringan terakhirnya. Tidur lelap untuk selamanya, disisi Allah.
Dibalik kekalutan ini, aku rindu senyum bunda. Aku rindu ketegarannya. Aku rindu kasih sayangnya, ketulusannya, kelambutannya, sikap keibuannya. Kapan aku bisa melihat senyumnya lagi? Mungkin memang bunda sedang tersenyum di atas sana, menatapku dengan penuh kebahagiaan.
Ternyata dibalik senyumnya, bunda menyimpan sejuta kepedihan, sejuta kekalutan yang ditutup dari. Kekalutan yang bunda jaga sendiri, tanpa mau dibagi untukku.
Langit sore terlihat kemerahan, aku masih enggan beranjak dari tempat duduk ini. Sejenak membiarkan airmata ini mengalir, berharap bunda tahu isi hatiku, dimana aku sangat ingin mendekap tubuh bunda.
“Ikhlaskan bunda, Risya. Biarkan bunda tersenyum. Ini sudah takdir Allah,” sahut suara dari belakang. “Bunda hanya butuh doa, bukan tangisan.”
Ya, ikhlas! Itu yang kucoba saat ini. Mungkin ini yang dapat membuat bunda tersenyum, meski aku tak tahu itu.


sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/dibalik-senyum-tulusmu.html

0 komentar:

Segi Empat

Mereka adalah 5 sahabat. 5 sahabat yang tak terpisahkan dari SMP sampai sekarang sudah lulus kuliah. Mereka terdiri dari Revand, Fadil, Johan, Mutiara dan Shasa. Kemana-mana, mereka selalu bersama-sama. Jalan bareng sudah menjadi ritual wajib mereka di malam Minggu.
Suatu malam Minggu, mereka tak ada niat untuk jalan-jalan. Mereka lebih memilih untuk pergi ke rumah Fadil yang besar. Nonton DVD, main playstation dan ngobrol-ngobrol sampai larut malam. Mereka semua tertawa ceria. Tapi, ada satu orang yang diperhatikan Mutiara. Dia lah Fadil. Kenapa? Entah. Mutiara sendiri bingung kenapa. Dia hanya senang saja melihat Fadil. Senang melihat dia gembira seperti itu. Dan alasan Mutiara bergabung dengan kelompok ini adalah, ingin berdekatan dengan Fadil.
“Guys, bosen nih.” kata Johan. “Iya, dari tadi kita ngobrol terus.” kata Revand. “Gimana kalo kita bikin games. Kita ceritain pengalaman kita paling sedih. Yang menang, dapat sebagian jatah makan kita malam ini.” kata Fadil. “Setuju!” teriak Shasa. “Gimana? Semua setuju?” tanya Fadil. Yang lain mengangguk. Aku akan setuju apapun yang kamu katakan, Dil, batin Mutiara berkata. Dan cerita mereka pun dimulai.
Semua sudah cerita. Sekarang tiba giliran Shasa. “Cerita aku ini, cerita cinta. Aku jatuh cinta, sama seorang pria yang udah deket banget sama gua, bertahun-tahun. Bertahun sudah aku memendam rasa ke dia, sejak pertama kita berdua bertemu. Tapi, sepertinya pria ini tidak pernah tahu. Aku sudah berusaha untuk menghilangkan perasaan ini, namun tidak bisa. Semakin aku berusaha, semakin kuat. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk menyerah, dan menunggu dia peka.” ujar Shasa. Semua larut dalam cerita sedih Shasa. “Baik, diputuskan cerita paling sedih malam ini adalah cerita dari…” kata Fadhil. “Shasa!” teriak mereka bersamaan. Dan Shasa mendapatkan 5 bungkus snack sebagai hadiah mereka.
Sepulangnya dari rumah Fadhil, Johan dan Revand sedang beristirahat di kamar kos mereka. Johan menatap Revand dan berkata “Mau sampai kapan, Vand? Kamu memendam rasa itu ke dia?” tanya Johan. “Enggak tahu lah, Jo. Saya… terlalu pengecut.” ujar Revand. “Kamu enggak boleh begitu! Aku kenal kamu dan dia sudah lama, sudah bertahun-tahun! Aku yakin, dia akan menerima kamu. Percaya deh!” ujar Johan. Revand hanya terdiam, membayangkan itu benar-benar terjadi.
Sahabat-sahabatnya sudah pulang. Tinggal Fadhil sendirian di kamarnya. Setiap kunjungan teman-temannya itu selalu menyenangkan. Apalagi, kalau ada dia. Tertawa bersama. Dan, Fadhil beranjak ke meja nya. Memandangi foto mereka berlima. Selamat malam, kamu yang di sana, batin Fadhil. Batin Fadhil mengucap, pada salah satu wanita yang ada di foto itu.
Hari Minggu pagi. Mutiara dan Shasa memutuskan untuk pergi berbelanja. Hanya mereka berdua, karena cowok-cowok tidak suka belanja. Para wanita kalau sudah belanja, seperti biasa, suka seru sendiri sampai lupa waktu.
Mereka istirahat makan siang di sebuah restoran. Tas-tas belanja mereka yang penuh mereka taruh di kursi sebelah. Sembari menunggu pesanan mereka datang, mereka ngobrol-ngobrol. Atau lebh tepatnya, curhat.
“Mut, kamu ingat kan cerita ku semalam di rumah Fadhil?” tanya Shasa. “Ingat. Memangnya, siapa sih? Kayaknya perasaan kamu ke dia dalam sekali ya?” tanya Mutiara. “Iya, Mut. Dia…” Dan Shasa menyebutkan satu nama. Mutiara terkejut. “Jadi, selama ini kamu suka sama dia? Kenapa kamu nggak bilang ke orangnya saja?” tanya Mutiara. “Enggak mungkin, Mut. Kita kan sudah deket banget, bertahun-tahun. Lagi pula, aku kan cewek. Masa iya ngomong duluan?” kata Shasa. Mutiara berkata “Sampai kapan, Sha? Kamu gak capek?” tanya Mutiara. “Dibilang capek sih, iya. Tapi, aku bisa apa?” kata Shasa. Pesanan mereka datang, dan mereka makan dalam diam.
Malam Minggu berikutnya, Johan datang ke rumah Fadhil. “Loh, yang lain kemana, Jo?” tanya Fadhil. “Revand lembur, Mutiara ke rumah saudara, Shasa ada urusan mendadak sama bosnya. Aku bete sendirian di kost-an, jadi ke sini deh. Enggak ganggu, kan?” tanya Johan. “Enggak, kok. Ayo masuk! Langsung ke kamar aku aja! Aku mau mandi dulu.” kata Fadhil. Dan Johan pun naik ke kamar Fadhil.
Johan menunggu sambil duduk-duduk di kasur, baca majalah otomotif. Lalu, dia iseng melihat-lihat meja Fadhil. Namun, perhatiannya terpaku di satu hal. Foto mereka berlima. Namun, Fadhil melingkari foto itu pada salah satu wanita di antara mereka. Johan mengerti apa arti ini semua. 2 sahabatnya, jatuh cinta pada 2 sahabatnya yang lain.
Tak lama, Fadhil masuk kamar. Dia mendapati Johan duduk di kursinya, memperhatikan foto yang sudah selama ini dia sembunyikan jika teman-temannya main ke sini. “Jo…” panggil Fadhil. Johan menoleh, buru-buru mengembalikan foto itu. “Ada apa?” tanya Johan. Fadhil berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya. “Aku suka sama dia, Jo. Sudah lama.” kata Fadhi;. “Terus, kenapa kamu enggak bilang ke dia?” tanya Johan. “Aku rasa dia enggak suka sama aku.” kata Fadhil. Johan terdiam sebentar, lalu berkata “Aku yakin dia juga suka sama kamu. Coba aja kamu usaha dulu.” dan Fadhil pun hanya mengangguk. Diam-diam, Johan mempunyai rencana untuk menyatukan cinta keempat sahabatnya ini.
Mereka bersiap dengan tas mereka. Segala barang bawaan mereka sudah siap di bagasi mobil Fadhil kecuali makanan. Mereka sadar, anakonda dalam perut mereka cepat lapar, hahaha. Hari itu, mereka akan berlibur ke villa punya keluarga Mutiara di Puncak. Ini ide Johan, yang ingin melewatkan libur panjang akhir tahun bersama sahabat-sahabatnya. “Semua sudah siap?” tanya Fadhil dari kursi pengemudi. “Siap, boss!” sahut mereka bersamaan. Fadhil duduk di belakang setir, Mutiara di sampingnya. Di belakang Fadhil duduk Johan, dekat pintu. Di tengah duduk Shasa, dan di samping kiri Shasa dudul Revand. Dan mereka pun berangkat.
Perjalanan itu sungguh menyenangkan. Seperti biasa, lelucon memenuhi perjalanan mereka. Stok makanan habis di tengah jalan, dan mereka berhenti sebentar di mini market untuk membeli makanan yang lain. Seluruh perjalanan itu benar-benar mereka nikmati. “Kamu sungguh keren duduk di belakang setir, Dhil” batin Muthiara. “Senang rasanya, bisa satu mobil denganmu. Menghabiskan waktu libur bersamamu.” batin Fadhil. “Kamu tampak keren pakai jaket cokelat itu.” batin Shasa. “Kacamata hitam itu membuatmu tampak sempurna.” batin Revand.
Mereka sampai di villa Mutiara. Villa yang sangat bagus, dilatarbelakangi pemandangan indah. “Oke, semua kamar ada di lantai 2. Sa, kamar kita yang ini. Buat kalian cowok-cowok, kamar kalian di sebelah situ.” kata Mutiara. Kamar mereka berseberangan. Dipisahkan oleh jalan menuju balkon, yang juga merupakan penghubung antara kamar mereka.
Malam Tahun Baru. Ramai-ramai mereka bakar-bakaran. Jagung, Ayam, BBQ.
Sembari menunggu jam 12, Johan membuat sebuah permainan yang dimainkan secara berpasangan. Revand dengan Mutiara dan Fadhil dengan Shasa. Permainannya mudah, mereka hanya disuruh untuk memasang peralatan kemah, lengkap dengan api unggunnya. Johan yang akan jadi juri. Yang mampu memasang peralatan kemah dengan cepat dan rapi, dia yang jadi pemenang. Buat yang kalah, harus menuruti apa yang pemenang katakan. Dan alhasil, Revand dan Mutiara harus merapikan kembali peralatan itu karena mereka kalah. Lalu, tepat saat jam 12 malam, mereka meniup terompet dan menyalakan kembang api. Malam itu mereka lewati dengan gembira.
Jam 2 malam. Shasa tak bisa tidur. Dia memutuskan untuk ke balkon. Di balkon, dia mendapati seseorang berdiri di sana. Dia Fadhil. “Hei, enggak tidur?” tanya Fadhil. “Aku enggak bisa tidur.” kata Shasa. “Sama.” kata Fadhil. Fadhil terlihat gugup. Shasa bertanya “Ada apa?”. Fadhil terlihat semakin gugup, dan akhirnya Fadhil berkata. “Sha, aku suka sama kamu.”. Shasa terkejut. Kenapa…? Dan Shasa menjawab “Terima kasih, Dhil. Tapi… bukan kamu, Dhil.” kata Shasa. Fadhil kaget. “Yang ada di sini” dia menunjuk hatinya “adalah Revand.” ujar Shasa. Fadhil tidak menyangka, tapi entah kenapa dia merasa lega. Lega karena apa yang ingin ia sampaikan akhirnya terucap.
“Tapi, Mutiara lah yang…” lanjutan kalimat Shasa membuat Fadhil terkesiap. “Mutiara…” batin Fadhil. Dan, dia merasa bersalah pada dirinya sendiri.
Tapi, ternyata bukan hanya mereka berdua saja yang terbangun. Revand terbangun, dan dia mendengar namanya di sebut oleh Shasa. “Jadi selama ini Shasa…” batin Revand. Padahal selama ini, Mutiara lah yang ada di hatinya. Dan dia sudah menyia-nyiakan orang yang mencintai dia dengan tulus. Revand bangun, menatap langit-langit kamar seolah meminta jawaban atas kejadian membingungkan ini.
Sementara di kamar seberang, Mutiara terpejam, tapi dia mendengar. Dia mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Fadhil. Dan, dia tak kuat menahan tangisnya.
Lalu, Revand dan Mutiara keluar dari kamar mereka, menuju ke balkon tempat Shasa dan Fadhil berdiri. Revand berdiri di sebelah Shasa, dan membiarkan Shasa bersandar pada bahunya. Sementara Fadhil mendekati Mutiara, dan menghapus air mata di pipinya.
Dan, 2 pasangan baru lahir, di malam Tahun Baru ini.

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/segi-empat.html

0 komentar:

Denting Piano

Malam yang begitu sunyi, bulan purnama yang menemaniku perlahan hilang ditelan gelapnya awan hitam. Perlahan aku rebahkan tubuhku di atas ranjang kayu nan reot ini, yah inilah kehidupanku seorang anak tukang sayur.
“Joe ayo bangun sudah pagi” teriak seorang ibu-ibu yang sudah tua
Aku bergegas pergi meninggalkan ranjangku ini dan pergi mandi. “bu, aku pergi dulu ya assalamualaikum” pamitku pada ibu.
Dalam hatiku sejenak aku berpikir bahwa kalau begini terus hidupku tak akan berubah, maka aku bulatkan tekad untuk bekerja keras, aku ingin membeli sebuah piano kecil untukku tapi itu hanya khayalku. Aku melihat ada seorang membagikan brosur, yang berisikan “IKUTI LOMBA PIANO YANG BERHADIAH Rp. 50 juta”
Aku ingin mengikuti lomba itu tapi, tapi apa bisa?, hingga pada suatu hari aku melihat ada piano bekas yang dijual, aku berniat membeli tapi uamgku tidak cukup, akhirnya orang itu memberikan keringanan dengan mencicilnya untukku.
Dan tibalah saat aku mengikuti lomba, rasanya sangat deg-degan, nomor urutku dipanggil aku menaiki panggung dengan percaya diri!, denting piano ini akan menjadi saksi bahwa perjuanganku harus mendapatkan hasil yamg memuaskan.

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-anak/denting-piano.html

0 komentar:

Tari Remo

Tari selamat datang ini ditampilkan untuk menggambarkan karakter dinamis masyarakat Surabaya atau Jawa Timur, tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan dan keberanian seorang pangeran dalam perang. Belakangan tari ini diperagakan sebagai penyambutan tamu negara maupun dalam festival kesenian daerah.
Tari yang merupakan daya tarik seni dan budaya kota Surabaya diiringi oleh alat musik gamelan. Dan lagu pengiring yang biasa dimainkan antara lain: gending jula-juli Suroboyo tropongan, walang kekek, gedong rancak, krucilan, atau lainnya. Untuk gerakan kaki tariannya adalah gerakan kaki yang dinamis, sekaligus pada pergelangan kaki penari dipasang lonceng-lonceng yang berbunyi saat para penari melangkah atau melakukan gerakan menghentak. Untuk gerakan lainnya yakni dengan gerakan selendang, gerakan anggukan dan anggukan, serta eskpresi wajah diikuti dengan kuda-kuda yang membuat gerakan tarian semakin atraktif.
Salah satu jenis kostum yang dipakai penari remo adalah sawonggaling, yang merupakan pakaian ada dari abad 18. Warna pakaiannnya didominasi oleh warna hitam dengan hiasan batik berwarna emas. Pada bagian pinggang dikenakan sabuk dan selendang.

0 komentar:

Hari Paling Gokil

Apa kalian tahu siapa namaku? Coba tebak!, hmmm… hayo siapa?, (sambil garuk-garuk kepala), yang pasti namaku bukan Sarijem, bukan pula Marsinah atau Markonah, tapi namaku Mawar Aurella. Biasa dipanggil Mawar. Seorang gadis kelahiran Bandung, keturunuan Sunda. Wajahku biasa saja, tapi banyak yang bilang aku ini cantik, hehe… hidungku, tidak terlalu mancung, juga tidak terlalu pesek, standar kali ya?, wkwkwk… kulitku hitam manis, dan mahkotaku selalu dibiarkan terurai, kadang dihiasi bando atau satu jepit saja.
Sejak tiga bulan yang lalu, aku telah berganti seragam. Dari putih biru menjadi putih abu-abu. Senang sekali rasanya, aku telah menginjak remaja. Banyak orang bilang, remaja itu masa yang paling indah karena mulai mengenal yang namanya C I N T A. *Bilang sekali lagi!, CINTA!.
Aku belum pernah tuh ngerasain jatuh cinta, palingan hanya sekedar suka atau kagum semata. Kata orang jatuh cinta itu, seperti melayang-layang di udara dan banyak bunga bertaburan, malah ada yang lebih parah lagi, kalau sedang jatuh cinta, Pups kucing pun rasa cokelat. WHAT! SAMPAI SEGITUNYA?, entahlah aku belum pernah benar-benar jatuh cinta.
Sejak saat MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik, aku mempunyai teman dekat atau bisa dibilang sobat karib. Mereka adalah: Andi Prasetyo, Ana Prameswari dan Nabila azahra.
Setelah Bel istirahat berbunyi, aku, Andi, Ana dan Nabila pergi ke kantin. Hendak mengisi perut yang mulai berdemo ria. Empat sekawan ini, hobi sekali jajan bakso, hampir setiap hari kalau lagi istirahat jajannya itu bakso dan sebotol teh Sosro. Enggak ada bosen-bosennya deh.
Tempat yang paling asyik kalau lagi jajan bakso di kantin itu… bangku yang deretannya paling akhir, alias di pojok. Hmm… memojokan diri?.
“Mau pesen bakso kan?” tanya pelayan kantin yang menghampiri kami.
“Mba, paranormal ya?” tanyaku serius.
“Bukan… bukan..” jawabnya.
“Memang kenapa gitu, War?” tanya Nabila kepadaku.
“Mba ini, udah tahu kalo kita mau makan bakso” ucapku
“Haha, dasar oon!!!, yaiyalah, kita kan sering ke kantin buat jajan bakso” Celoteh Andi.
“Hahaha..” terdengar tawa Nabila dan Ana saling bersahut-sahutan.
“Ihh, kenapa kalian jadi ketawa sih?” gerutuku kesal.
“Abisnya kamu ituuu..” ucap Andi terpotong.
“Kamu apa?” tanyaku semakin kesal.
“Sudahhh… sudah, jadi nggak pesen baksonya?” tanya pelayan kantin yang ikut kesal.
“Hehehe… jadi donk mba, 5 porsi yah… teh-nya juga 5” seru Ana.
“Yaa, tunggu sebentar..” jawab pelayan kantin sambil berlalu.
“Kok lima sih, Na?, emang yang satunya lagi buat siapa?” tanya Andi.
“Buat aku lahhh” jawab Ana dengan ekspresi datarnya.
“Glek..” aku hanya menelan ludah mendengarnya, 2 mangkuk bakso akan dimakan Ana?, kadang-kadang satu mangkuk saja aku tidak habis. Apalagi 2 porsi, bisa-bisa aku mati kekenyangan.
Beberapa saat kemudian, bakso yang kami tunggu pun datang. Tak perlu menunggu waktu lama Ana segera menyantap dua mangkuk bakso-nya.
“Kok kalian semua, ngeliatin aku sih?, ada yang aneh ya?” tanya Ana.
“Udah berapa hari nggak makan, Na?” tanya Nabila dengan mata sedikit terbelalak menyaksikan Ana yang makan begitu rakusnya.
“Tadi pagi juga sarapan kok” ucap Ana dengan ekspresi datarnya sambil terus makan. Tak ada kata yang mampu diucapkan lagi, kami hanya bisa menggeleng-geleng kepala ke kiri dan ke kanan beberapa kali, dan melanjutkan menyantap bakso hingga tak tersisa.
“Mungkin kita harus buat program deh!” seru ku.
“Program apa?” tanya Andi.
“Program diet untuk Ana” jawabku.
Ana yang sedang menikmati teh-nya, kemudian tersedak. “Uhuk… Uhukkk..” Nabila terlihat menepuk-nepuk pundak Ana.
“Wahh, iya… boleh juga tuh” timpal Nabila.
“Aku nggak setuju ah” jawab Ana sambil memegang lehernya.
“Tet…Tet… Tettt” terdengar suara bel pertanda masuk istirahat berbunyi.
“Wahhh… gawat nih, kita harus buru-buru balik ke kelas. Udah istirahat kan pelajaran Matematika, mana gurunya killer lagi, kita nggak boleh telat nih.” ucap Andi.
“Lariii!!!” ucapku, Nabila dan Andi serentak. Kita pun segera berlari menyusuri koridor-koridor kelas. Sialnya lagi, letak kelas kita itu paling ujung, kalau dari kantin tadi sih… cukup jauh!.
Nafas terengah-engah, keringat bercucuran disana-sini. Aduhhhh!, memalukan. Saat membuka pintu, terlihat bu Dian sudah ada di kelas dan menatap aku, Andi dan Nabila tajam. Setajam silet!!!, hohoho.
“Dari mana saja kalian, bukannya kalian sudah tahu. Kalau pelajaran ibu nggak boleh telat satu detik pun!” Bu Dian mulai menginterogasi.
“Maaf bu, tadi kita habis dari kantin” ucap Andi terdengar parau. Aku ingin tertawa terbahak-bahak menyaksikan ekspresinya yang mengkhawatirkan.
“Teman-teman kalian juga banyak yang dari kantin, tapi mereka nggak telat. Lari keliling lapangan 10 kali!” ucap bu Dian sambil membentak.
“Tapi bu” ujar Nabila.
“Nggak ada tapi-tapi, CEPAT!!!” ucap bu Dian dengan suaranya yang memecah keheningan kelas. Dengan terpaksa kita pun segera berlari mengitari lapangan, aduh… mana ada yang olahraga lagi. Jadi bahan tontonan pula. Huhhh, sial… sial…
“Kalian ngerasa ada yang aneh nggak sih?, aku ngerasa ada yang kurang. Tapi apa ya?” tanyaku pada Andi dan Nabila saat mulai berlari.
“Hmm, apa ya?” Nabila ikut berpikir. Dahinya diriutkan. Ujung alisnya terangkat sedikit.
Untuk beberapa saat, berlari dihentikan. “ANA!!!” teriak aku, Andi dan Nabila bersamaan. Kita saling menatap, kok bisa-bisanya si gendut itu sampai terlupakan.
“Kita juga belum bayar bakso!” ucap Andi sambil menepuk jidatnya.
“Terus sekarang kita harus ngapain?” tanya Nabila sambil kebingungan.
“Heii!!!, cepat lari!!!” teriak bu Dian di seberang lapangan. Dia berdiri di depan kelasku.
Dengan langkah yang gontai, kita pun mulai berlari lagi. Huftt… capeknya…
“Cayooo… tinggal satu keliling lagi. Ganbatte!!!” seruku. Dan “Praaaakk” aku pingsan!. Lalu beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku di angkat.
“War… bangun!!!” ucap Andi.
“Bangunnn donk!!!” Nabila juga ikut membangunkanku.
Hmmm, ternyata aktingku bagus juga, hehe… “Duuuaaarrr!!!!” aku segera bangun dan mengagetkan mereka berdua, ternyata benar dugaanku sekarang aku sedang berada di UKS.
Andi dan Nabila hanya terbengong-bengong, jadi nggak kaget nih?, huh… Nabila dengan segera memegang keningku.
“Kamu nggak apa-apa kan War?” tanya Andi.
“Hahaha… aku tuh nggak apa-apa lagi. Tadi tuh Cuma pura-pura pingsan, hehehe” ucapku tanpa merasa bersalah.
“Huh, dasar… berat tahu ngangkat kamu ke sini. Kalau tahu kamu Cuma pura-pura, bakalan disuruh jalan dari lapangan ke UKS” gerutu Nabila.
“Namanya juga pingsan mana bisa jalan donk” seruku sambil menahan tertawa.
“Lagian kenapa kamu kok pura-pura pingsan sih?, bikin khawatir aja tau” gerutu Andi.
“Biar bisa lolos dari pelajaran mengerikan itu, hehe… Peace deh” ucapku.
“Oh, ya… kalau Ana dimana?, dia udah di kelas?, atau masih di kantin?” tanyaku beruntun.
“Nggak tahu tuh, kita ke kantin aja gimana?” ucap Andi.
“Ya, udah… yukk!!!” jawab Nabila.
Waktu di kantin, kita tidak melihat satu pun. Lalu Nabila nekad bertanya pada si mba pelayan tadi.
“Mba, liat temen kita yang satunya lagi nggak?”
“Lagi cuci piring”
“Hah?, kok bisa mba?” tanyaku kaget.
“Tadi kan kalian nggak bayar, malah kabur gitu aja. Terus ketinggalan satu, ya udah sebagai tebusannya. Dia… mba suruh cuci piring” Jawabnya ketus.
“Aduh, maaf ya mba kita lupa. Nih uangnya… bebasin temen kami mbak” Ujar Andi sambil memberikan uang Rp. 50.000.
“Baiklah, tunggu sebentar” Katanya sambil berlalu.
Beberapa saat kemudian, kita bertemu dengan Ana.
“Kalian kok ninggalin aku sih?” gerutunya.
“Maaf Na, kirain waktu kita lari itu… kamu juga ikut lari” ucapku sambil memegang tangan Ana yang basah.
“Hmm, iya deh… yuk, balik ke kelas” Ucap Nabila.
Sepanjang perjalanan ke kelas, aku ceritakan semua peristiwa yang terjadi. Ana pun terpingkal-pingkal dibuatnya. Hari ini adalah hari yang tak akan pernah terlupakan, sederet kegokilan pun terjadi.
Kebahagiaan yang paling indah, ketika kita bisa bersama sahabat.
*** Selesai ***

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/hari-paling-gokil.html

0 komentar:

Love How It Happened

Secara keseluruhan cerita ini gue ambil dari kisah sahabat gue, yang menurut gue kisah cintanya itu beda dari spesies manapun dan gue ga habis fikir kok bisa ada kisah cinta aneh gitu. Tujuan gue bikin cerita ini buat hiburan belaka gak bermaksud buat menghina siapapun, gue bikin supaya orang sejenak lupain kesedihan, sakit hati dan segala macam penyakit jiwa deh.
Nah sebelum gue ceritain kisahnya gue bilang terima kasih buat temen-temen pembaca. Khususnya terimah kasih buat YME udah ngasih gue ide yang gila dan gue bisa bikin cerita yang menggelikan lagi dan langsung saja gue ceritain tentang sahabat gue.
Bagaimana dua orang bisa bertemu dan jatuh cinta?
Di sinetron, ketemuan dengan soulmate di buat sangat gampang. Ada satu episode yang gue tonton, di mana si cwook ketemuan sama cewe pas lagi tabrakan di mall. Mereka tabrakan. Si cowok mangap, pasang lagu D’masiv, 60episode kemudian mereka menikah di sebuah pesta dengan make-up berlebihan (biasanya di tamabah dengan adegan mantan pacar si cewek ada di luar pesta nikahan, nangis di bawah hujan sambil teriak “Tidaaakkk!”). Seperti lazimnya kita tau, tabrakan lalu kawin ini sering terjadi di setiap semua sinetron.
Pada kehidupan nyata bertemu dengan the one sangatlah susah. Jangankan untuk pacaran, untuk kenalan saja susahnya minta ampun. Tapi, begitu ketemu, kemungkinan besar kita tahu bahwa kita telah menemukan orang yang tepat buat di pacarin.
Sama kayak sabahat gue ini yang gue samarin namnya jadi Wati, yang satu ini bertemu dengan seorang cowok itu susah sampai-sampai dia ngehabisin waktu hanya untuk facebook dan mungkin cinta sejatinya itu facebook karena setiap gue buka facebook selalu hadir status dia di beranda gue, ga pernah absen, mungkin kalau facebook di jadiin daftar hadir siswa sekolahan si Wati jadi siswi yang rajin dan mungkin di anugerahi gelar “the best of the best manusia facebook”.
Nah sewaktu ketika gue gosipin si wati sama temen gue namanya abdurahman, gue comblangin wati sama si abdurahman bahwa si wati suka sama si abdurahman dan gue sebarin ke semua orang yang gue kenal, gila gue udah kayak ibu-ibu arisan aja ngegosipin orang. Dan memang si Wati sama si Abdurahman itu udah saling kenal karena mereka satu sekolahan dan kebetulannya eh eh… salah maksud gue kebetulannya mereka sama-sama jomblo jadi apa salahnya gue gosipin mereka.
Akhirnya gosip gue tersebar luas dan semua orang tau, gue ngerasa puas dan rasanya kayak gimana yah kalau di gambarin pake bahasa planet pluto itu “asa bucat bisul” ya begitulah. Suatu ketika si Wati pun nyamperin gue dengan muka kesal dan Wati pun ngomong ke gue.
“deo kenapa sih bikin gosip kayak gitu?” tanya Wati dengan muka kesal
“ya gapapa dong biar jadian biar lo punya pacar.” Jawab gue dengan wajah bloon
“ih ngeselin dasar.”
Lalu dia pergi ke teman-temannya.
Semakin gosip itu mulai terbiasa di telinga Wati dan tanpa di sangka-sangka si Wati pun naksir ke si Abdurahman dan gue tanya.
“Lo suka beneran bukan ke si Abdurahman,” tanya gue.
“enggak, kata siapa,” jawab wati sambil mukanya memerah kayak spongebob nelen obeng.
“yang bener? jujur deh! bohong dosa loh.” kata gue.
“Iyah gue suka.” jawab Wati penuh ketakutan kayak maling di tanya habis nyolong ayam.
“Mau gue combalangin lagi ke si Abdurahman,” tanya gue lagi
“Enggak ah biarin ajah.” Jawab Wati
“Emang lo jadi suka gitu kenapa emangnya.”
“Ya karena gosip itu tiba-tiba gue suka.” Jawab Wati
Wah gue seneng ternyata gak sia-sia padahal niat awal gue nyomblangin mereka hanya buat kepuasan diri gue sendiri. Dan Wati pun pergi dengan muka penuh dengan malu.
Akhirnya gue punya ide kenapa gak gue coba comblangin ke si Abdurahman walaupun kata si Wati gak usah, dan gue pun nyomblangin ke si abdurahman.
“Man si Wati beneran suka loh sama lo.” tanya gue
“Ya biarin lah.” Jawab singkat abdurahman dengan muka sok kalem
“lo kok gitu lo suka gak ke si Wati.” tanya gue lagi
“engga gue gak suka ke si Wati.” Jawab abdurahman
“OH ok deh.”
Gue terkejut si Abdurahman ga suka ke si Wati berarti cinta si Wati bertepuk sebelah kaki dong, eh salah lagi maksud gue sebelah tangan.
Keesokan harinya gue ketemu sama si Wati dan gue ngerasa kasihan lihat dia karena cinta dia bertepuk sebelah tangan dan gue belum ngasih tau sebenarnya ke si Wati bahwa si abdurahman ga suka ke si Wati, gue lihat si Wati masih berharap banget akan cintanya sampai dia nulis di status facebooknya “Cinta ini milik siapa” gue ngerasa kasian banget ke si Wati lihat statusnya penuh dengan harapan, dan sebenarnya gue serasa gue kepingin ngomen gini “cinta lo milik plankton karena plankton lagi mencari-cari cinta sebab istri komputernya ninggalin dia soalnya si plankton sering mikirin cara mencuri krabbypatty” tapi gak jadi karena gak mungkin gue nulis di atas kesedihan orang lain.
Singkat cerita dengan berjalannya waktu gue dapat gosip terbaru ternyata si Wati sudah mempunyai pacar anak pesantren namanya yopi, siapa yopi? Dan gimana bentuk spesies makhluk ini? Misterius sekali. Dan gue bayang-bayangin wajah si yopi ini apakah yopi berwajah muka lonjong, kulit sawo kelewat mateng, hidung gede, rambut ikal apakah itu yopi? Dan setelah gue fikir-fikir ternyata itu drogba pemain bola dan gak mungkin si Wati mau sama orang mirip drogba tersebut. Dan apakah muka yopi itu wajahnya muka oval, kulit putih bersih tidak ada noda sedikit pun, telinga bulet, dan di mukanya gak ada benjolan sedikit pun, apakah nyopi seperti itu? dan setelah gue fikir-fikir lagi ternyata itu mirip hantu muka rata dan mana mungkin si Wati mau punya pacar hantu muka rata seperti itu.
Dan gue nilai dari namanya yopi, gue observasi dan cari-cari wawasan arti nama itu ternyata hasil pengamatan gue nama yopi itu berasal dari sebuah produk permen yang namanya permen “yupi” dan gue lihat dari sejarah permen yupi itu terbuat, karana seseorang yang manciptakan permen tersebut yang bernama Pak yusuf. Pak yusuf pernah kehilangan anaknya yang bernama persis sekali namanya dengan pacar si wati yaitu yopi dan oleh sebab itu untuk mengenang anaknya pak yusuf membuat permen yang bernama “yupi” dan yupi artinya adalah “Yusuf dan yoPI” dan mungkin si yopi itu bisa jadi anak dari bapak tersebut dan gue fikir bila itu terjadi bisa menjadi kisah sinetron yang berjudul “Pangeran yopi yang tertukar”.
Setelah gue cape-cape ngebayangin bermacam-macam, gue ingat bahwa siapapun yopi tersebut entah dia dari planet mana, apakah spesies ini langka atau tidak gue gak tau yang paling penting Wati bahagia sama dia dan nyaman. Amin
Akhirnya si Wati dapetin cinta sejati dia dan ngejalanin kisah cinta yang penuh keindahan. Dan akhirnya gue sadar cara gue ngegosipin, nyomblangin ternyata itu salah dan menurut gue tanpa seseorang di gosipin atau di combalangin sebenarnya mereka bisa mencari cinta mereka masing-masing karena cinta itu ada dimana saja, dan gue baru sadar juga ternyata orang yang penuh dengan kesepian, hampa, menurutnya hidup itu selalu sunyi tanpa ada kasih sayang dan cinta itu adalah orang yang gak sadar bahwa di saat dia seperti itu ada cinta di antara mereka di sekeliling mereka dan mereka terlalu naif buat nyadari itu semua. Dan dari cinta kita mendapat pelajaran berharga dari kita putus pacaran kita bisa belajar arti dari kehilangan dan arti dari menjaga, di saat kita bertengkar dengan pasangan kita bisa belajar arti mempertahankan dan mengenal kepribadian masing-masing. Dan itulah semua analisa kecil gue dan ternyata cinta itu ga seharusnya di cari-cari tanpa di cari pun cinta itu sudah ada di diri setiap manusia.
*maaf bila yang salah tolong di maklum soalnya gue ngerjain ini sambil nundutan dan cerita si wati
gue lupa-lupa inget dan semoga menghibur terima kasih.

0 komentar:

Cinta Sampai Disini

Kebohongan itu begitu indah saat keluar dari bibirmu
Penghianatan itu begitu wajar jika km yang melakukannya
Begitu indah kau kuburkan cerita indah kita
Begitu mudah kau berkata..kita “cukup sampai disini”

Aku seperti kehilangan kaki untuk berdiri
Aku seperti kehilangan mata untuk melihat

Bagaimana cara aku melupakanmu
Harus dimana kutempatkan diri ini jika aku bertemu denganmu
Yang aku tau janji dan impian kita tak mungkin lagi terwujud
Yang aku tau semua yg dulu manis kini berubah menjadi sangat menyakitkan

Entah mengapa kau berubah hati padaku
Entah mengapa tak ada kesempatan kedua untukku
Entah mengapa kau begitu mudah putuskan cinta kita
Bahkan entah mengapa sampai kini kau tak pernah katakan,apa salahku
Padahal sudah kugantungkan seluruh harapanku padamu
Padahal sudah kuserahkan segalanya untukmu
Walau kadang terkesan hati ini mengiba atas cintamu
Entahlah, mungkin memang semua ini harus berakhir sampai disini..
Mengapa aku berfikir, jalan ini terlalu pahit dan rumit untuk kulalui…
Mengapa kadang aku berfikir tak ada lagi hari yang harus aku lalui..
Apakah harus kuakhiri hidup sampai disini..
 Aku kecewa
Aku putus asa



0 komentar:

Bahkan Pelangi Ikut Menangis

Namamu Indah. Seperti orangnya. Indah. Cantik menawan. Kamu adalah siswi satu sekolahku. Dan, aku langsung jatuh cinta padamu. Mungkin orang beranggapan ini adalah cinta monyet, tapi ini bukan. Kalau cina monyet, aku pernah mengalaminya. Dulu, dan aku tidak ingin merasakan itu lagi. Cinta monyetku menyakitkan. Tidak, ini lebih serius dari itu. Aku merasakan hal yang sama, cuma lebih dalam.
Semakin lama, kita semakin dekat. Pulang bareng, bahkan istirahat ke kantin pun bareng. Saat ini adalah waktu yang berharga untukku, seorang remaja laki-laki yang biasa saja, tidak menarik, culun. Semakin aku mengenalmu, semakin aku kagum padamu. Setiap pulang sekolah, kamu pasti memberi sisa uang jajan kamu ke pengemis dekat komplekmu. Bukan hanya itu, bahkan setiap ulangtahun kamu tidak pernah membuat pesta. Kamu lebih memilih berbakti sosial. “Lebih bermanfaat.” katamu. Ya, kamu sesuai dengan namamu. Indah Angelia.
Pulang sekolah. Hujan. Aku melihatmu berdiri di lorong sekolah. Melihat hujan sambil tersenyum. “Kok ngeliat hujan sambil senyum-senyum gitu?” tanyaku. “Aku suka hujan. Kalau ada hujan, pasti sehabis itu pelangi. Tuhan seolah ingin menunjukkan, ada kebahagiaan sesudah masalah. Ada senyum sesudah tangis.” jawabmu. Dan kamu memejamkan mata, membawa saat saat hujan ini masuk ke memori, lalu masuk ke dalam hatimu. Dan tanpa disadari, kamu berlari, hujan-hujanan di tengah lapangan. “Hei, kamu ngapain? Cepat ke sini! Nanti kamu sakit!” teriakku. “Coba kamu ke sini! Ini asik!” kata dia sambil menarik tanganku. Aku kedinginan, tapi dia benar, ini memang asik. Dan jadilah hari itu kami hujan-hujanan, diliatin banyak orang.
Dan besoknya, kita berdua sakit. Hahaha. Tapi tak apalah. Saat hujan-hujanan itu, menjadi saat yang tak terlupakan. Meskipun dingin, tapi asyik. Dan aku merasa tenang. Seolah air menghanyutkan emosi yang ada dalam hati. Apalagi, hujan-hujanannya sama malaikat. Hahaha.
Mulai saat itu, jika hujan turun saat pulang sekolah, kami selalu hujan-hujanan. Orang mungkin menganggap kami aneh, kekanak-kanakkan. Peduli amat! Yang penting, kami berdua senang, meskipun kedua ibu kami marah-marah setiap pulang sekolah.
Hari itu, di sebuah taman. Aku yang sedang berjalan santai, mendapatimu duduk di bawah pohon. Kamu seperti sedang menggambar sesuatu. “Hai, lagi ngapain kamu?” tanyaku. “Ah, aku lagi ngegambar. Udah lama aku gak ngegambar.” jawabmu. “Coba lihat dong.” dan ternyata yang kamu gambar adalah hujan. Segitu addicted nya kamu sama hujan. Hahaha.
Beberapa saat kemudian, awan mendung berkumpul. “Udah mau hujan nih.” kataku. Kamu memperhatikan awan di atas sana. Memperhatikan, lama. Dan, hujan pun turun. Ketika itu, kamu memejamkan mata dan tersenyum. Ya, aku tahu kamu suka hujan. Dan menit berikutnya, aku dan kamu kejar-kejaran. Kayak anak kecil, kata orang. Tak apalah. Yang penting, aku dan kamu bahagia. Hahaha
Hujan masih rintik-rintik. Kita beristirahat di bawah pohon. Kita berdua kedinginan. Wajar karena hujan yang turun deras sekali. “Indah..” “Ya?” “Aku boleh ngomong sesuatu?” kamu penasaran dengan omongan ku barusan. “Boleh. Mau ngomong apa?”. Dan, kata-kata yang telah kulatih semalam suntuk, mendadak macet. Sungguh, tidak mudah untuk mengatakannya. Kamu terus menunggu, memperhatikanku dengan penasaran. Bismillah… Dan kalimat itu akhirnya terucap. Tersamarkan oleh suara gemuruh hujan. Hanya aku, kamu, pohon ini, dan Allah yang mendengar. Kamu kaget, kelihatannya kamu tidak menyangka kalimat itu akan keluar, ditujukan padamu. Dan, kamu mengangguk. Anggukan yang memberi warna baru pada hidupku, hidupmu, dan menambah satu kisah cinta di muka bumi ini.
Tapi hari itu, jam itu, menit itu, detik itu, menghentikan kegembiraan itu. Kejadian ini, tepat 2 bulan sesudah kejadian di taman itu. Kami lomba lari menuju rumah, sambil hujan-hujanan tentunya. Aku berlari di belakang kelelahan. Dia menoleh ke belakang sambil berkata “Ayo! Masa segitu doang sih? Ah payah kamu hahaha.” teriak dia sambil tertawa. Tertawa untuk yang terakhir kali. Beberapa menit kemudian, tubuhmu tergeletak. Air hujan menyapu darahmu, mengalirkan darah itu entah kemana. Sementara, mobil yang menabrakmu kabur. Pengemudi kaya tapi pengecut itu.
Kenapa? Kenapa secepat ini? Aku berlari mendekatimu. Memeluk tubuhmu yang bersimbah darah. Tangisku terhapus oleh air hujan. Teriakku tertutup suara guntur. Hujan makin deras. Seolah dia menyesal telah turun, seolah dia menyesal. Seolah kalau dia tidak turun, ini tidak akan terjadi.
Hujan pun selesai. Aku masih di situ, memeluk dia. Orang mulai mengerubuni kami. Hujan selesai, namun tidak ada pelangi. Tidak ada kebahagiaan setelah masalah, tidak ada senyum setelah tangis. Mungkin, pelangi sudah pergi. Atau, pelangi sedang menangis. Menangisi kepergian satu insan manusia di muka bumi.

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-sedih/bahkan-pelangi-pun-menangis.html

0 komentar:

Perkembangan Ilmu pengetahuan Islam Pada Masa Modern

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


A. Pemikiran Pembaharuan Dalam Islam

Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran. Hampir seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa.

Penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi muncul di Eropa. Misalnya dalam bidang mesin, listrik, radio, yang semuanya itu menunjang semakin kuatnya Eropa terhadap dunia Timur. Dunia jadi berbalik, dunia Timur terpukau dan terbius kemujuan yang dialami Eropa.

Kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Sebenarnya pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode pertengahan, terutama pada masa kerajaan usmani. Pada abad ke-17, mulai terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang dialami melalui peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut diawali dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirm untuk menguasai wina pada tahun 1683. kerajaan usmani menyerahkan Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699.

Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan usmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Eropa, terutama Prancis sebagai negara yang terkemuka pada waktu itu. Negara Eropa mulai mempunyai arti yang penting bagi cendikiawan atau pemuka-pemuka usmani. Orang-orang Eropa yang selama ini dipandang sebagai kafir dan rendah mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa untuk mempelajari kemajuan berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat

Pada tahun 1720, Celebi Mehmed diangkat subagai duta di Paris dengan tugas khusus mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi lainnya serta memberi laporan tentang kemajuan tekhnik, organisasi angkatan perang modern, rumah sakit, observatorium, peraturan, karantina, kebun binatang, adat istiadat dan lain sebagainya seperti ia lihat di Perancis. Di tahun 1741 M anaknya, Said Mehmed dikirim pula ke paris.

Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad III (1703-1730 M) untuk memulai pembaruan di kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M, seorang perwira Perancis bernama De Rochefart datang ke Istanbul dengan usul membentuk suatu korps artileri tentara Usmani berdasarkan ilmu-ilmu kemiliteran modern. Di tahun 1729, datang lagi seorang Perancis yakni Comte De Bonneval yang kemudia masuk Islam dengan nama baru Humbaraci Pasya. Ia bertugas melatih tentara usmani untuk memakai alat-alat (meriam) modern. Untuk menjalankan tugas ini, ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Atas usaha ahli-ahli Eropa inilah, taktik dan teknik militer ,odern pun dimasukkan ke dalam angkatan perang usmani. Maka pada tahun 1734 M, dibuka sekolah teknik militer untuk pertama kalinya.

Dalam bidang non militer, pemikiran dan usaha pembaruan dicetuskan oleh Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M). Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dan kemajuan barat kepada masyarakat turki yang disertai pula oleh usaha penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa turki. Suatu badan penerjemah yang terdiri atas 25 orang anggota dibentuk pada tahun 1717 M

Dalam membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.

Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan ditutup.

B. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam

Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah : (1) pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Eropa, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3) usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.

1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat.

Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.

Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka.

2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.

Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.

Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.

3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.

Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing.

Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.

0 komentar:

Sejarah Lahirnya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)


Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964. Berdiri atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. 

Pada awal berdirinya Universitas Muhammadiyah Malang merupakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akte Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.



Pada waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu (1) Fakultas Ekonomi, (2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.

Pada tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah Malang resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akte ini kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akte Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988.

Pada tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, pada saat itu Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas Tarbiyah.

Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975.

Fakultas yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun 1993 Universitas Muhammadiyah Malang membuka Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan
.
Sampai tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata Si, dua program studi strata-S2, dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan.
Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat perkembangan yang sangat mengesankan, balk dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik).  Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadi Fakultas Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian.

Dalam bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan Bandung No. 1, Kampus II di Jalan Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di dalam maupun di luar negeri.
Berkat perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini, maka kini Universitas Muhammadiyah Malang sudah menjelma ke arah perguruan tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII  yang pada pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 11 Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang besar dan berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan.

Dengan kondisi yang terus ditingkatkan, kini Universitas Muhammadiyah Malang dengan bangga tetapi rendah hati siap menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam tugas bersama "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "membangun manusia Indonesia seutuhnya" dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

0 komentar:

IT developments in Indonesia



As time, it did not feel we had been living in an age filled with sophistication and everything is very practical. All the people vying to be able to create new things and can facilitate job. It also includes the development of IT is the fastest growing in the world, especially in our beloved country, the Republic of Indonesia.


Information technology is a technology that is used to process the data, the process, obtain, compile, store, manipulate data in different ways to produce quality information. information that is meant is that the information is accurate, relevant, and timely, which can be used for personal use, business, and government. This information should also be a strategic value that can be used in decision making.

Now is the role of IT in human keidupan is increasingly important. Because along with the development of the IT people did a lot of work in front of computers and using mobile phones for communication. With the advances in technology make it easier for humans and serasadunia work there in our grasp. In addition, the development of IT is also very fast, so it must always follow its development.

The development of information technology in Indonesia is strongly influenced by the ability of the human resource in understanding the components of information technology (hardware, software, computer network systems, and telecommunications systems). To build IT facilities, Indonesia still relies heavily on investors.
If we create a chronology of the development of IT in Indonesia from ancient times to the prediction of IT development in Indonesia, among others:

1. Earlier generations of information technology.

In Indonesia in the past, long-distance communication done by correspondence. Though there is no postal system, but mail delivery system has been going on since long. Tknologi information systems in Indonesia began to experience growth in 1855, or precisely on October 23, 1855 when the Dutch opened the first telegraph line in Indonesia. Since then, the telegraph began widely used in Indonesia.

On October 16, 1882, the local telephone network was first used in Indonesia by private parties who received concessions for 25 years. Since then, emerging companies telephone network in Indonesia. However, in the early days of this, companies are only open telephone line in big cities only. In 1906, the government had to take over and monopolize all corporate telephone network, the telephone network except Keretea Fire Company Deli. In 1967, the telecommunications company successfully completed the construction of telecommunication networks archipelago that includes microwave projects across Sumatra and East Indonesia microwave cross. On July 9, 1976, Indonesia launched a satellite then palapa. And so begins a new round of development of information technology in Indonesia is very fast moving and rapidly since the launch of this satellite.

Indonesia began to internet in the 1990s. Internet users in Indonesia in 1988 using CIX (England) and Compurserve (U.S.) to access the Internet. Internet is also increasingly being used currently and is growing rapidly.

2. Information technology in the present.

Currently, we have entered the era of globalization with the development of information technology is very rapid. In Indonesia was the information from different parts of the world can be accessed quickly and easily. The internet facility has changed the paradigm of society became more modern and practical. Internet is now more easily accessible. In addition to the cafe facilities more and more, people can also access the Internet via a PC or laptop at home, or to take advantage of hotspots, or even using a phone. Not only that, the internet has been used as a medium of learning, business, military, and many other fields. The Indonesian government has made the internet as an important part in many fields. By utilizing the Internet, Indonesia has taken a step forward to growing and advancing in the future.

3. Information technology in the future.

Looking at the development of information technology today, many predictions about the development of technology more and more expressed. However, of course there are many factors that will influence the development of the information technology. Either support or hinder the perkambangan. Things like government financial capability and affordability remote areas will be very influential on the development of the information technology.

 In the past, it has been a lot of figures that express predictions about the development of information technology. Like what was said Mason R. (1994) who argue that the future of education will be determined by the information network that allows interaction and collaboration, rather than building schools. However, technology will continue to widen the gap between rich and poor in. Or thing expressed by Tony Bates (1995) that technology can improve the quality and range when used wisely for education and training, and has great significance for the economic well-being. What is clear, whatever happens, information technology will still be an important part in human life. In Indonesia in particular, in all corners of the world in general.

Later, the role of IT in transport services even been able to feel. For example, a special card issued by a private bank that we can use to pay for tolls, buying fuel, busway ticket purchase and train.
In education, especially at the college level, the use of IT is realized in a system called electronic university (e-University). This development was carried out in support of education, so as to provide better information for the community, both within and outside the university through the internet. Exemplarily other educational services that can be implemented by means of the internet to provide online lectures and course material can be accessed by anyone in need.

With the rapid development of IT, should also be balanced with awareness to use IT for the benefit of a positive. Hence not a few IT experts who use it for evil. Many porn sites are more intense circulation. Another example is the “fever” friendship sites are often misused. Until the transaction girl through cyberspace. It certainly can affect the development of children and adolescents in our country. And the need for supervision of the authorities so that the negative impact of IT can be reduced. Because teenagers now tend to use technology in the negative direction, and it is because their souls are still unstable and need for educators and mentors to steer them in the right direction so that we can promote the Indonesian nation in the future.

Many of the benefits that I feel with the development of IT among others helped me in doing assignments, easily transfer money, add friends through social networks, to communicate very easily and quickly. Moreover, with the development of IT, it can improve the economy of Indonesia, right now there are online businesses, transactions via the internet, as well as many other benefits.

Similarly, the author’s description of the development of IT in Indonesia and the chronology of its development and also reviews the positive and negative impacts of future IT developments on the progress of the Indonesian nation.

Tags:

0 komentar:

Template by Clairvo Yance
Copyright © 2012 Agnez Rully Dyaa and Blogger Themes.